Menentang keras acara `Splash after Class` yang menonjolkan sikap hedonisme, pornografi dan asusila terhadap generasi muda,"
Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PPP Reni Marlinawat mengecam pesta bikini usai pelaksanaan Ujian Nasional (UN) dan mendesak aparat penegak hukum melakukan pengusutan terhadap kegiatan itu.
"Menentang keras acara Splash after Class yang menonjolkan sikap hedonisme, pornografi dan asusila terhadap generasi muda," kata Reni dalam pernyataan yang disampaikan di Jakarta, Jumat.
Dia menyatakan, acara tersebut sangat provokatif dan tidak memberi nilai edukasi kepada generasi muda.
Tindakan penyelenggara dinilai sangat tidak bertanggung jawab terhadap pertumbuhan remaja.
"Orang tua banting tulang untuk membiayai pendidikan agar anaknya menjadi anak yg baik, dirusak oleh perilaku event organizer yang tidak bertanggungjawab," katanya.
Dia meminta klarifikasi terhadap sejumlah SMA yang dicantumkan namanya dalam banner acara tersebut.
"Apakah sekolah tersebut benar-benar terlibat atau sekadar namanya dicatut," katanya.
Reni melanjutkan bila nama sekolah dicatut dengan tujuan komersial, ia mendorong pihak sekolah melakukan gugatan hukum terhadap penyelenggara acara tersebut.
Dia juga mendesak aparat penegak hukum untuk melakukan penyelidikan terhadap penyelenggara acara tersebut.
"Acara tersebut jelas menimbulkan keresahan di masyarakat dan berpotensi menimbulkan penyimpangan hukum," ujarnya.
Peristiwa itu juga diharapkan menjadi bahan pemikiran seluruh pemangku kepentingan terkait dengan pola pikir anak didik dalam memaknai kelulusan.
Dengan adanya kasus tersebut, Reni kemudian menyebut pendidikan moral dan akhlak harus menjadi perhatian serius khususnya dalam rencana perubahan kurikulum 2013.
"Saya curiga, event serupa bisa saja muncul di berbagai kota di Indonesia, yang kebetulan tidak diekspos oleh media," katanya.
Peran serta guru, wali murid, masyarakat dan pemerintah dimintanya untuk ditingkatkan dalam mengawal masa pertumbuhan anak-anak.
"Masa depan Indonesia berada di pundak anak-anak kita," katanya.
"Menentang keras acara Splash after Class yang menonjolkan sikap hedonisme, pornografi dan asusila terhadap generasi muda," kata Reni dalam pernyataan yang disampaikan di Jakarta, Jumat.
Dia menyatakan, acara tersebut sangat provokatif dan tidak memberi nilai edukasi kepada generasi muda.
Tindakan penyelenggara dinilai sangat tidak bertanggung jawab terhadap pertumbuhan remaja.
"Orang tua banting tulang untuk membiayai pendidikan agar anaknya menjadi anak yg baik, dirusak oleh perilaku event organizer yang tidak bertanggungjawab," katanya.
Dia meminta klarifikasi terhadap sejumlah SMA yang dicantumkan namanya dalam banner acara tersebut.
"Apakah sekolah tersebut benar-benar terlibat atau sekadar namanya dicatut," katanya.
Reni melanjutkan bila nama sekolah dicatut dengan tujuan komersial, ia mendorong pihak sekolah melakukan gugatan hukum terhadap penyelenggara acara tersebut.
Dia juga mendesak aparat penegak hukum untuk melakukan penyelidikan terhadap penyelenggara acara tersebut.
"Acara tersebut jelas menimbulkan keresahan di masyarakat dan berpotensi menimbulkan penyimpangan hukum," ujarnya.
Peristiwa itu juga diharapkan menjadi bahan pemikiran seluruh pemangku kepentingan terkait dengan pola pikir anak didik dalam memaknai kelulusan.
Dengan adanya kasus tersebut, Reni kemudian menyebut pendidikan moral dan akhlak harus menjadi perhatian serius khususnya dalam rencana perubahan kurikulum 2013.
"Saya curiga, event serupa bisa saja muncul di berbagai kota di Indonesia, yang kebetulan tidak diekspos oleh media," katanya.
Peran serta guru, wali murid, masyarakat dan pemerintah dimintanya untuk ditingkatkan dalam mengawal masa pertumbuhan anak-anak.
"Masa depan Indonesia berada di pundak anak-anak kita," katanya.
Editor: Ruslan Burhani
Posting Komentar